Perjalanan Mimin Dapat Gelar Master Hukum dari Universitas Indonesia



Tesnya lewat apa? Kok bisa kuliah di sana?

Lewat simak. S2 cuma buka jalur simak. Bisa diakses di website langsung: biaya dan bentuk tesnya ada disebut di sana. Tesnya cukup TPA & Bahasa Inggris (standar toefl), soalnya kurang lebih 250 dikerjakan dalam waktu kurang lebih 3 jam. Cukup buat pusing & nervous. Tapi percaya aja, pasti bisa kok. Apalagi yang sering psikotes seleksi kerja, hehe. 


Saran dong kalau mau kuliah di sana :) 

Kuliah di mana pun kamu, sama aja kok. Yang penting kitanya (klise? tapi ini bener banget). Mimin gak kebangetan bangga (overproud) karena mimin berhasil kuliah di kampus terbaik negeri ini. Mimin sadar betul bahwa semua itu balik lagi ke kualitas mimin. Kalau mimin sebagai alumni sana tapi kontribusi mimin untuk bidang mimin kurang, ya buat apa bangga? Mimin mana pernah pamer-pamer begitu/overproud karena mimin sudah jadi alumni kampus kebanggaan negeri itu. 

Saran mimin, lihat dompet dulu, haha. Tapi namanya kuliah S2, standar biaya sudah segitu. Rata-rata kampus memang seharga segitu, ehem kurang lebih sepuluh juta per enam bulan, biaya masuk 20 juta ke atas/ belasan juta untuk fakultas hukum (ilmu hukum atau kenotariatan).  

Saran mimin yang lain, apakah temen-temen sudah bekerja? Kalau belum, usahakan ambil yang regular saja, karena regular lebih murah biayanya dan bisa lebih cepat lulus (1,5 tahun kuliah bisa loh). Selagi kuliah, cari-cari kerjaan yang sifatnya remote (tidak kerja di kantor), freelance, atau kerja malam ... bisa itu. 

Kalau temen-temen sudah kerja full time/karyawan perusahaan, ambil yang kelas khusus (biaya lebih tinggi sih, dan paling cepat lulus itu 2 tahun), tapi worth it lah ... bisa kerja bisa kuliah juga. 


Kenapa selesai S1 mau langsung kuliah? 

Mimin gak naif ya, mimin cari side job sebagai mahasiswa sih niatnya (jelek banget niat begini, mohon jangan ditiru). Berhubung mimin setelah lulus S1, cuma bisa kerja serabutan dan belum dapat posisi di suatu perusahaan, jadi mimin carilah kesibukan lain, yaitu sebagai mahasiswa S2 ... yeay! Kebetulan mimin juga suka riset & belajar. 

Mimin akui, mimin memang salah langkah. Karena itu, mimin gak mau temen-temen alami juga pengalaman tidak menyenangkan seperti mimin. 

S2 itu risikonya besar loh. Ibarat bisnis, uang puluhan juta menjadi taruhan. Selama S2 itu, mimin sibuk pikir, bagaimana caranya mimin bisa bayar kuliah dan bisa lulus tepat waktu. Jadi jangan asal ambil S2 saja, apalagi untuk kepentingan prestige belaka. 

Yang harus dipikir dengan matang, tentu passion. Apakah dengan ambil S2 ini, hati temen-temen jadi puas karena S2 di jurusan yang dipilih itu linear dengan passion atau gelar master itu menjadi "gairah" atau sesuatu yang buat temen-temen seneng banget banget? Apakah ambil S2 itu termasuk menjadi bagian terpenting yang tidak bisa dilewatkan dalam hidup temen-temen? Apakah S2 ini penting pake banget untuk menunjang fulus atau pekerjaan temen-temen? 

Ambil bantal, baringkan diri di kasur, lalu pikirkan. 

Selagi masih bisa ditunda, atau selagi masih ada hal yang jauuuhhhhh lebih penting dan urgent dari S2, urus saja itu dulu. 

Ingat, risikonya uang puluhan juta. 

Syukur-syukur kalau temen-temen hoki (dapat beasiswa), ya tancap gaslah kalau gitu. 



Kan Beasiswa bertebaran, kenapa gak ambil? 

"Ih payah, gak bisa dapet beasiswa."

Yes, mimin memang payah. 

Sulit say ... beasiswa hanya diperuntukkan untuk mereka yang hoki. 

Momentum ambil beasiswa juga harus pas. Begini, banyak beasiswa yang memprioritaskan mereka dengan LoA, taukan LoA apa? Surat kalau kita sudah diterima kampus. Ini seringkali tidak pas momentumnya: kita harus cepet bayar lunas biaya masuk kampus, sementara beasiswa kayak keong, lambat banget proses urusnya. Belum lagi kolusi & nepotisme di dalem tubuh pengurus beasiswa itu. hohohohohohoho............... pengurusnya manusia juga, manusia mana ada yang sempurna. 


Gimana pengalaman kuliah di sana? 

Kita dapat temen baru, itu sudah pasti. Temen baru kita bukan cuma mereka yang seumuran, tapi ada beberapa yang umur dan pengalaman kerja di bidang hukum itu jauh di atas kita. Itu yang buat mimin sangat bersyukur. Ada beberapa dari temen sekelas mimin selama dua tahun di UI itu jabatannya sudah sangat sangat tinggi di perusahaannya, ada yang partner di firma hukum (bisa dibilang direksi kalau di perusahaan), ada yang senior associate di firma hukum (ini jabatan tinggi juga), lawyer, banyak legal staf, legal supervisor, legal manager, bahkan ada yang asisten direktur di salah satu perusahaan besarrrrr banget di Indonesia. 

Ini yang paling berkesaaaan banget buat mimin. Tapi sayangnya, karena korona, mimin cuma bisa belajar bareng dua semester aja, dua semester lagi, kita belajar online :( 

Tapi untungnya ada grup kok, ada grup untuk para praktisi hukum juga (whatsapp), jadi diskusi dikit-dikit lewat whatsapp, silaturahmi & keep in touch, bisa lah .... :) 


Harus buat Jurnal untuk bisa lulus? 

Yapssssss!!!! Tiap kampus ada jurnalnya masing-masing. Temen-temen bisa buka jurnal kampus fakultas hukum online, buat akun, lalu submit jurnal yang sudah disiapkan. Dari 10 submission misalnya, insyaAllah bakal ada satu dua dong yang diterima. 



Tips lulus tepat waktu? 

Hmmm ... sama kayak S1 dulu. Semua tergantung Dosen Pembimbing Tesis, hohohohoho.

Simpulannya, mimin mohon temen-temen tenangkan hati dan pikiran dulu. Pikirkan matang-matang untung ruginya kalau ambil S2. Dan beginilah perjalanan mimin dapat gelar master dari UI, gak ada yang spesial kok.  

Chiayo! 

Komentar

Postingan Populer