Hidup dalam Angan: Fenomena di Kalangan Muda/Mudi

Judulnya serius? Hehe, tenang ... segmen ini cuma ngawur aja kok. Ngobrol santai masalah pemikiran di hati kita yang terdalam. 

mulai ................................................................

Mimin anggap fenomena hidup dalam angan terjadi di kalangan anak muda: adolesens/remaja, atau dewasa muda/pertengahan umur 20, secara umum anak muda yang masih mencari-cari profesi/yang masih mencari-cari ingin jadi apa ia untuk hidup. 

Angan itu bagus, bagus sekali. Kita sudah bayangkan diri kita ingin jadi juragan sukses misalnya, kita percaya pada diri kita bahwa kita punya segudang kualitas untuk itu, kita punya jiwa pemimpin, berwatak tegas, tidak ingin direndahkan, disiplin, dan mampu menyelesaikan masalah rumit, apalagi melaksanakan tugas sederhana. Kita pikir kita sanggup menjalankan proyek besar bernilai jutaan, dan karena itu, dalam angan, kita pikir, kita juga bisa menjadi juragan sukses nantinya. Toh kita sudah melatih diri kita untuk itu. Ini bagus kan sebagai motivasi dan tujuan hidup. 

Ah belum tentu. 

Angan hanya angan. 

Mimin ada cerita pilu dari beberapa teman mimin yang mimin tidak mungkin sebutkan namanya. Seperti yang mimin berikan contoh di atas, dia memang punya potensi untuk menjadi orang yang ada dalam angannya, tapi ....

Mimin bukan menghakimi, ini untuk mengingatkan mimin saja, dan mimin senang kalau teman-teman juga sependapat dengan mimin. Jadi .... 

Mimin pikir, sangat penting rasanya untuk "rem" sabar. Simpan energi, jangan kebut, melaju tenang tapi pasti. 

Angan seringkali menghancurkan. Angan membuat kita banyak berharap. Harapan setinggi angan, ketika tidak tercapai, jatuh, sakitlah kita. Remuk sudah. 

Visi memang harus selalu ada, tapi visi tanpa misi yang dipikir dengan matang, tanpa metode untuk mencapainya, maka sia-sialah dia. 

Bahasa kasarnya, banyak anak muda yang terjerumus kehaluan, tenggelam dan mabuk dalam angannya sendiri. 

Jika bicara angan, itu amat luas. Harapan kita untuk hidup itu buanyak. Katakanlah paling utama, semua manusia silau "uang," uang menghasilkan kualitas hidup yang baik: bisa meminang perempuan cantik, bisa membangun rumah dan membeli mobil impian, pendidikan anak dan kesehatan terjamin, dan sebagainya, tapi jangan dulu yakin soal kerja keras dan/atau sarjana akan menghasilkan uang itu. 

Maksudnya, ada takdir loh. 

Suksesnya hidup seseorang itu tidak hanya ditentukan oleh kerja keras, kecerdasan, kesungguhan, kebaikan, apalagi oleh ijazah, tetapi aspek eksternal juga: keberuntungan a.k.a takdir YME.  

Jangan salah paham, mimin bukannya ingin menurunkan semangat teman-teman. Tapi mimin sungguh-sungguh mengingatkan kalau ada campur tangan eksternal yang menentukan itu semua. Maksud mimin, jangan bermain angan. 

Manusia hanya bisa mengusahakan, sementara aspek eksternal itu yang menjadi pemantik terakhir dari hidup kita. 

Apalagi jika teman-teman hanya menyelami angan belaka, tanpa usaha. Duh ... awas nanti tenggelam.

Selanjutnya kita bahas yuk falsafah uang. Masih kontroversial loh, si uang ini penentu kualitas hidup ya? Jujur, jangan malu, mimin akui ... buanyak anak muda yang silau/buta oleh barang ini. Jadi mari kita bahas nanti. Bincang santai dan sederhana sambil siapkan teh. 


    



Komentar

Postingan Populer