5 Hal yang Kita Dapat dari SOUL: Hidup Kamu untuk Apa? Apa yang Kamu Kejar Sebetulnya?

Apa saja sih yang kita dapat dari film "SOUL" ini: 




Kita Bisa Mati Kapan Saja 

Film ini bercerita tentang guru musik SMP (part time) yang hobby sekali bermain jazz. Umur 30 tahun, plus mungkin? Tetapi pekerjaannya sebagai guru SMP sama sekali tidak memuaskannya, bahkan setelah ia diangkat sebagai pegawai tetap. Ketika teman lama menghubunginya bahwa ada musisi jazz lokal populer yang sedang mencari pengganti salah satu anggota band jazz-nya, ia lantas merasa hidup setelah 30 tahun plus umurnya dihabiskan oleh sesuatu yang tidak ia sukai (mengajar anak-anak SMP). Tetapi nahas, ia meninggal seketika setelah kabar paling bahagia di hidupnya itu. 


Lupakan Soal Passion

Di film ini, kita belajar bagaimana si-MC sebetulnya perlu melupakan sedikit tentang impiannya dalam berkarir sebagai musisi jazz. MC berambisi besar mengejar mimpinya itu, tak patah arang, tak pernah sedetik pun putus asa, terus maju selangkah demi selangkah mendapatkan apa yang ia inginkan. 

Tapi .... 

Di perjalanannya dalam mengejar mimpi, ia "mati". Ia hidup bagai dalam limbo. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia miliki. Menjadi guru musik, mengajarkan musik pada anak-anak SMP seumur hidupnya ... "apa itu!" pikirnya. Ia tidak pernah menginginkan profesi itu. Itu bukan untuknya. Passion-nya bukan menjadi guru musik, tapi lebih dari pada itu, menjadi musisi jazz sungguhan yang membuat lagu dan mengadakan konser sendiri! 

Lupakan soal passion. Kita hidup di dunia hanya sekali, kita bisa mati kapan saja. Esensi dari hidup itu sendiri bukan mengejar mimpi, sementara hidupmu yang sekarang terbengkalai. Kamu lupakan hidup, kamu buang dalam limbo. 

Lupakan soal passion. Mulai saja jalani apa yang ada di depan matamu. Hidupkan pekerjaanmu yang sekarang, karena jika kamu ingin sukses, sukses itu akan datang sendiri ketika keterampilanmu sudah mapan. 

Kemapanan keterampilanmu tentu saja dengan melakukan pekerjaanmu yang 'saat ini' dengan rasa syukur (terima) dan semangat. 


Jangan Ego Sentris

Akibat dari sibuk mengejar impian, si-MC pada akhirnya lupa keluarga, lupa ibunya, lupa temannya, hidup seorang diri tanpa support teman dan ibu apalagi pasangan. Baginya tidak ada waktu berbincang dengan mereka atau membicarakan hal lain di luar jazz. Tidak pernah ia lakukan obrolan dari hati ke hati dengan ibunya, tidak pernah ia ada untuk temannya, tidak pernah ia dengarkan mereka yang berbicara di luar jazz. Tidak bisa seorang perempuan berlabuh di hatinya. 

Hidupnya berpusat pada ... mengejar impian sebagai musisi jazz, sehingga ia berakhir seorang diri. Saat sedih dan kecewa, ia tanggung sendiri. 

Jadi, jangan ego sentris .... 


Mensyukuri dan Menerima Apa yang Kita Punya 

Bahkan setelah MC hidup kembali dan berhasil memenuhi undangan musisi jazz idolanya, ia masih tidak puas. Ia merasa dalam hati bahwa toh kenapa sesuatu yang ia inginkan selama hidupnya ini masih saja tidak bisa memuaskan dirinya? Apa yang salah? Menurut MC, seharusnya tidak ada yang salah. Ia berjuang mati-matian, diburu petugas alam baka sampai tertukar jiwa untuk apa? Hanya untuk bisa hidup kembali, untuk mencicipi sukses di depan matanya. 

Tapi sesuatu yang ia kira sukses itu ternyata masih belum memuaskan hasratnya terhadap passion. Baginya pasti ada passion yang belum dicapai.   


Hiduplah! 

Setelah MC pikir-pikir kembali, ternyata passion yang belum dicapai itu sederhana, yakni ... hiduplah, mensyukuri atas nyawa/hidup/nafas yang kita miliki. Gunakan itu dengan sebaiknya tidak hanya untuk hobby saja, tetapi untuk cinta, untuk teman kita, keluarga kita, bahkan untuk hanya sekedar menatap langit, menghirup udara segar dan merasakan hangat matahari. Syukuri itu semua. Nikmati itu semua. 

Hiduplah! Karna hidup hanya sekali dan mati bisa kapan saja. Jadi selagi hidup, gunakan detik-detik hidupmu untuk benar-benar menikmati hidup. 

Cheers!!!! Smile and stay positive! 

Komentar

Postingan Populer