Pemikiran Ekonomi Islam: Pandangan Ekonom Islam terhadap Prinsip Dasar Ekonomi Kapitalis


Dalam pemikiran ekonomi kapitalis, prinsip dasar dalam tindakan manusia secara ekonomi dituntun oleh nilai-nilai efisiensi, persaingan, dan rasionalitas. Tokoh kapitalis melahirkan teori nilai marginal dalam produksi, konsumsi (marginal prospensity to consume), dan marginal dalam memberi upah, serta teori division of labor dengan nilai efisiensi. Kapitalisme menciptakan banyak pabrik yang berkualitas baik dengan prinsip persaingannya dan menciptakan teori utilitas (preferensi) dengan pemikiran rational economic man. Hanya saja, tidak semua prinsip dasar kapitalisme ini ditelan oleh pakar ekonomi Islam. Sadr telah mengubah prinsip rational economic man dengan prinsip Islamic man, yakni orang-orang yang tidak harus beragama Islam tapi dia menerima paradigma Islam dalam melakukan kegiatan ekonomi

Islam menerima prinsip dasar efisiensi dengan sentuhan ajaran Islam dan moral. Prinsip efisiensi sudah melekat pada ajaran Islam itu sendiri, Islam melarang umatnya untuk tidak mubazir dalam mengonsumsi sesuatu, efisien dalam memproduksi, dan adil dalam memberi upah. Sedangkan untuk prinsip persaingan, pada dasarnya Islam memerintahkan umat untuk bersaing dalam melakukan kebajikan. Jadi, Islam mendukung prinsip ini asalkan dilakukan dengan baik atau tidak dengan menjatuhkan lawan (licik). Islam memiliki batasan yang jelas tentang mana yang bermoral dan mana yang tidak, sedangkan kapitalisme tidak membatasi kegiatan ekonominya dengan landasan moral tersebut.    

Monzer Kahf mengaitkan konsumsi Islam dengan 3 unsur pokok, yaitu rasionalisme perilaku konsumen, konsep barang-barang (dalam Islam), dan norma-norma etika mengenai konsumen muslim. Rasionalisme Islam adalah salah satu istilah paling bebas yang digunakan dalam ekonomi, sebab segala sesuatu dapat dirasionalkan. Unsur-unsur pokok dalam rasionalisme Islam adalah pertama konsep keberhasilan, yakni konsep mengenai kebaikan atau sikap positif terhadap kehidupan orang lain. Dengan kata lain, motivasi konsumsi atau motivasi kemajuan dalam ekonomi dalam Islam bukanlah suatu hal yang negatif, misalnya serakah, melainkan hal yang positif sebab dengan kemajuan ekonomi, Islam dapat beramal/bersedekah kepada sesama. Kedua skala waktu perilaku konsumen, maksudnya ialah muslim mesti mempergunakan waktu agar lebih produktif dengan tujuan yang baik. Ketiga ialah konsep harta, yakni konsep yang menyatakan bahwa harta milik manusia hanya titipan dari Allah.

Komentar

Postingan Populer